Pembinaan Profesional Guru SLB

èMetode pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan sosialèmetode simulasi
Pembelajaran tematisèkebermaknaan materi pelajaran dalam ADL
Pengembangan kurikulum bagi ABKèKurikulum berdiferensial
Penataan bahan ajar untuk ATGèfakta menuju konsep

Selengkapnya simak dalam Slides di bawah ini :


Bahan Ajar BKPBI (Kesatu)

2. Bahan Ajar Kesatu

Program Khusus : BKPBI Non Bahasa
Standar Kompetensi : Mendeteksi bunyi-bunyi di sekitarnya dengan menggunakan alat bantu mendengar  
                                   (ABM) atau tanpa menggunakan ABM, sebatas sisa pendengaran anak.
Kompetensi Dasar    : Menyadari ada dan tidak ada bunyi tertentu (lonceng) yang diperdengarkan langsung
                                  secara terprogram.
Indikator                   :
10. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan bertepuk tangan.
11. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan melipat tangan.
12. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan membunyikan lonceng.
13. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan diam saja.
14. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan mengucapkan ada bunyi
15. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan mengucapkan tidak ada bunyi
16. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan menuliskan ada bunyi.
17. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan menuliskan tidak ada bunyi.
18. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan bermain peran pembeli es lilin.
Program Khusus : BKPBI Non Bahasa
Tujuan Pembelajaran :
Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi pendengaran dan perasaan vibrasi untuk menyadari
ada dan tidak ada bunyi dengan menggunakan atau tanpa menggunakan ABM agar dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya.

KEGIATAN:
• Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan
   pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan
   percakapan, dimana hasil percakapan itu digunakan sebagai titik tolak respon
   untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu.
• Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru
   dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran)
   secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa mereaksi ada atau tidak
   ada bunyi yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa:
   gerakan, membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain
   peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera
   pendengaran saja.
• Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.

EVALUASI
• Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk evaluasi.
• Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak.
• Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.

LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Nama                      : ……………………………………………………
Kelas, semester       : 1/1
Data Pendengaran   : kanan: … dB kiri : … dB
ABM                      : Memakai/Tidak memakai Jenis : ………
Materi                     : ………………………………………………………….
Nilai Perolehan        : …………………………………………………………


Catatan:
Reaksi benar nilai : 1
Reaksi salah nilai : 0
Respon siswa yang salah diisi pada kolom keterangan

LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Nama                        : Greg
Kelas, semester         : 1/1
Data Pendengaran     : kanan: 90dB kiri : 110 dB
ABM                        : Memakai/Tidak memakai * Jenis :Belakang Telinga (BTE )**
Materi                       : Deteksi ada bunyi dan tidak ada bunyi lonceng.***
Nilai Perolehan          : B

Catatan:
Reaksi benar nilai : 1
Reaksi salah nilai   : 0

Rumus Perhitungan Prosentase Penilaian:
NILAI PEROLEHAN = Score Perolehan x 100%
Score maksimal
Kriteria Penilain
A : 90% - 100%
B : 70% - 89%
C : 55% - 69%
K : ≤ 54%
Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
A : Siswa mampu mendeteksi bunyi lonceng dengan hasil sempurna
B: Siswa mampu mendeteksi bunyi lonceng dengan hasil baik.
C: Siswa mulai mampu mendeteksi bunyi lonceng
K: Siswa belum mampu mendeteksi bunyi lonceng


Strategi Pembelajaran Program Khusus Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita

 
Strategi Pembelajaran Program Khusus Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita
Di Kutip Dari: Deded Koswara, M.M.Pd

A.               A. Pendahuluan


Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru beraneka ragam. Ada guru yang memulai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan

mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang mulai dengan memberikan penjelasan materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai dengan mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu, dikaitkan dengan pelajaran yang baru. Sebagian, ada yang melanjutkan dengan kegiatan menjawab dengan pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program kaset untuk didengarkan bersama. Biasanya, kegiatan pembelajaran itu ditutup dengan tes atau rangkuman materi yang telah dijelaskan.

Setiap guru mempunyai cara sendiri untuk menentukan urutan kegiatan pembelajarannya. Setiap cara dipilih atas dasar keyakinan akan berhasil menggunakannya dalam mengajar. Pemilihan cara mengajar mungkin didasarkan atas intuisi, kepraktisan, atau mungkin pula atas dasar teori-teori tertentu.

Bagi seorang guru, kemampuan menyusun strategi pembelajaran merupakan modal utama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis. Apa yang akan diajarkannya bukan saja harus relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran. Melainkan juga harus dapat dikuasai, dimiliki dengan baik oleh peserta didik yang diajarnya. Di samping itu, kegiatan pembelajaran juga harus menarik dan bervariasi.

Bagi seorang pengelola program pendidikan, kemampuan menyusun strategi pembelajaran sangat bermanfaat dalam menetapkan materi pelajaran, media, dan fasilitas yang dibutuhkan serta dalam menyarankan penggunaan metode pembelajaran yang lebih tepat kepada guru. Sedangkan bagi guru sebagai pengembang pembelajaran, kemampuan tersebut merupakan tulang punggung dalam menyusun bahan ajar atau membuat prototipe sistem/model pembelajaran. 

B. Pengertian

Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistimatis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai/dimiliki oleh peserta didik dan dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Untuk itu di dalam strategi pembelajaran terkandung empat unsur/komponen sebagai berikut :

1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran      kepada peserta didik dan kegiatan peserta didik dalam merespons materi;

2. Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan dan menyampaikan pelajaran, materi pelajaran dan mengorganisasikan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

3. Media pembelajaran, peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

4. Waktu yang digunakan oleh guru dan peserta didik untuk menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran;

Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, metode pembelajaran, media dan bahan pelajaran, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara sistimatis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana (the how) menyampaikan isi pelajaran.

Rumusan strategi pembelajaran lebih dari sekedar urutan kegiatan dan metode pembelajaran saja. Di dalamnya terkandung pula media pembelajaran dan pembagian waktu untuk setiap langkah kegiatan tersebut.
 

C. Komponen Strategi Pembelajaran

Secara keseluruhan strategi pembelajaran terdiri dari empat komponen utama, yaitu :

1. Urutan kegiatan pembelajaran

Komponen Utama yang pertama, yaitu urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian dan penutup.

Komponen Pendahuluan terdiri atas tiga langkah sebagai berikut :

a. Penjelasan singkat tentang isi pelajaran.
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman peserta didik, dan
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran.

Komponen Penyajian juga terdiri atas tiga langkah, yaitu :

a. Uraian
b. Contoh dan
c. Latihan.

Komponen penutup terdiri atas dua langkah sebagai berikut :
a. Tes formatif dan umpan balik dan
b. Tindak lanjut.

 2. Metode pembelajaran

Komponen Utama yang Kedua, yaitu metode pembelajaran, terdiri atas berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Setiap langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode, tetapi mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama

Metode pembelajaran harus mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan cara-cara yang tepat sehingga memberi kemudahan peserta didik dalam belajarnya. Selain itu fungsi metode dalam pembelajaran akan optimal apabila di dalam penggunaannya mampu memberikan kesenangan atau kegembiraan bagi peserta didik.

3. Media

Komponen Utama yang Ketiga, yaitu media pembelajaran, berupa media cetak, dan atau media non cetak seperti misalnya media Audio Visual yang dapat digunakan pada setiap langkah kegiatan pembelajaran, seperti halnya penggunaan metode pembelajaran, mungkin beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan untuk beberapa langkah kegiatan pembelajaran

4. Bahan pelajaran

5. Waktu yang digunakan pengajar.

D. Menyusun Strategi Pembelajaran.........................

Sarana BKPBI

E. Sarana BKPBI

Dalam melaksanakan BKPBI dibutuhkan sarana antara lain:
1. Ruang untuk kegiatan pembelajaran BKPBI sebaiknya dilengkapi dengan
medan pengantar bunyi (sistem looping).
2. Perlengkapan latihan BKPBI terdiri atas:
a) Alat sebagai sumber bunyi
• Alat nonelektronik : lonceng, kentongan, gamelan, dan lainlain.
• Alat elektronik : tape recorder, salon, organ, piano, dan lainlain.
b) Alat penunjang latihan
• Alat ini digunakan sebagai alat peraga ketika siswa merespon bunyi.
Contoh : topeng, selendang, caping, kuda lumping.
3. Tenaga khusus pelaksana BKPBI hendaknya memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain memiliki latar belakang pendidikan guru anak
tunarungu, memiliki dasar pengetahuan tentang musik, dan memiliki
kreativitas dalam bidang seni tari dan musik.
Sarana BKPBI diatas idealnya dimiliki oleh setiap SLB B, namun apabila belum
tersedia, pelaksanaan BKPBI harus tetap berjalan dengan menggunakan peralatan
yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Yang perlu diingat adalah
tahap-tahap pelaksanaan.

A. Pelaksanaan BKPBI
1. Bahan Ajar Kesatu
Program Khusus : BKPBI Non Bahasa Standar
Kompetensi : Mendeteksi bunyi-bunyi di sekitarnya dengan menggunakan alat bantu mendengar (ABM)
atau tanpa menggunakan ABM, sebatas sisa pendengaran anak.
Kompetensi Dasar : Menyadari ada dan tidak ada bunyi tertentu (lonceng) yang diperdengarkan langsung secara terprogram.

Indikator : 
1. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan bertepuk tangan.
2. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan melipat tangan.
3. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan membunyikan lonceng.
4. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan diam saja.
5. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan mengucapkan ada bunyi
6. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan mengucapkan tidak ada bunyi
7. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan menuliskan ada bunyi.
8. Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi lonceng dengan menuliskan tidak ada bunyi.
9. Mampu memberikan reaksi ada bunyi lonceng dengan bermain peran pembeli es lilin.

Tujuan Pembelajaran :
Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi pendengaran dan perasaan vibrasi untuk menyadari
ada dan tidak ada bunyi dengan menggunakan atau tanpa menggunakan ABM agar dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya.

KEGIATAN:

• Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan percakapan, dimana hasil percakapan itu digunakan sebagai titik tolak respon
untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu.
• Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran) secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa mereaksi ada atau tidak ada bunyi yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: gerakan, membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera pendengaran saja.
• Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.

EVALUASI
• Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk evaluasi.
• Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak.
• Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.

LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Nama                      : ……………………………………………………
Kelas, semester       : 1/1
Data Pendengaran   : kanan: … dB kiri : … dB
ABM                      : Memakai/Tidak memakai Jenis : ………
Materi                     : ………………………………………………………….
Nilai Perolehan        : …………………………………………………………



Catatan:
Reaksi benar nilai     : 1
Reaksi salah nilai      : 0
Respon siswa yang salah diisi pada kolom keterangan

Bekasi .......................2010
   Guru BKPBI


Basuki Rakhmat, S.Pd


Menyiapkan Anak Autis

Judul Asli :  Menyiapkan Anak Autis
                  oleh : UNTUNG S. DRAZAT:
[dikutip dari Rubrik PROFESI, Majalah d’Maestro, edisi Juni 2004]

Siang itu suasana kelas V di SD Pantara di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat meriah. Saat itu adalah sesi akhir kegiatan belajar hari itu, saatnya mengevaluasi target capaian murid yang dirumuskan sendiri oleh masing-masing murid setiap minggunya.

Thofik lagi Latihan lagu Mars Anak Pantara-1: Sampai nungging, hurufnya kekecilan nih...Suasana riuh memenuhi ruang kelas berukuran sekitar 50 meter persegi itu. Murid-murid yang hanya terdiri Thfik mulai sibuk dengan kaus kakinya ...dari 10 orang itu berebut memberikan penilaian terhadap target mingguan teman-temannya. Suasana Tuuuh... Thofik sudah lupa dengan syair lagu Mars-nya 'kan?makin heboh karena ada seorang murid yang tidak terima dengan penilaian teman-temannya.

Adu argumentasi pun terjadi. Sang guru dengan berbagai jurus pendekatan, mencoba memberi penjelasan kepada si murid kenapa ia tidak mencapai target untuk ”tidak memancing perhatian teman-teman di kelas”. Tetapi, si murid tetap bersikeras tidak melakukan hal-hal yang memancing perhatian. Bahwa perbuatan membuka diari sebelum waktunya tidak membuat teman-temannya mengalihkan perhatian kepadanya. Akhirnya adu argumentasi diakhiri, dan kata sepakat didapati. Si murid dianggap tetap dinilai mencapai target, tetapi diminta untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Begitulah keseharian yang dihadapi Untung S. Drazat. Murid-murid yang dihadapi guru kelahiran Cirebon, 33 tahun lalu itu memang bukan seperti umumnya anak-anak lain. Mereka adalah anak-anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disablitity (LD) karena mengalami dyslexia, dysgraphia, dan dyscalculia, menyandang attention deficit disorders (ADD) atau attention deficit hyperactivitiy disorders (ADHD), dan autisme.

”Mereka adalah anak-anak yang mengalami gangguan perhatian, tidak bisa fokus ke satu hal. Belum selesai mempersepsi, memahami satu objek, perhatian mereka sudah pindah ke objek lain. Karena masalah perhatiannya ini, mereka mengalami gangguan dalam mempersepsi. Hal ini menyebabkan pemahamaannya terbatas dan tidak utuh. Akhirnya, banyak pelajaran tertinggal. Mengingat pemahaman itu melalui proses melihat, mendengar, meraba. Padahal di kelas, pengalaman paling banyak diperoleh melalui  melihat, mendengar, dan melakukan. Dan, itu yang sangat minim pada mereka,” papar Untung, yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala SD Pantara.

Menurut pria yang gemar membaca dan browsing ini, hambatan dalam mempersepsi dan memahami suatu peristiwa secara utuh itulah yang menyebabkan murid yang tadi protes; ia sulit  memahami bahwa perbuatannya, yang tergesa-gesa membuka diari, membuat perhatian teman-temannya beralih dan terganggu. ”Jadi, mereka kadang-kadang hanya ingat ujungnya saja. Misalnya, ada seorang murid mengganggu temannya, dan karena kesal si temannya menonjok dia. Lalu murid ini mengadu kepada guru bahwa ia ditonjok temannya. Ia tidak sepenuhnya paham kalau ia ditonjok justru karena mengganggu teman,” papar pria yang sudah menangani anak-anak berkesulitan belajar sejak tahun 1997.

Tepatnya,Untung menangani mereka sejak masih kuliah di IKIP Bandung. ”Ketika itu saya menjadi salah satu guru pembimbing di pusat terapi milik dosen saya, Bapak Sugiarmin. Itulah awal saya berkenalan dengan bidang LD, dan saya langsung tertarik untuk terus mendalami karena ada tantangan” kenang Untung. ”Saya suka dengan dunia anak-anak yang ’tiba-tiba’, ’ajaib’, dan spontan. Hampir semua anak di sini punya kelebihan; ada yang hafal nama-nama jalan di Jakarta, ada yang memiliki photographic memory, sehingga dia mengingat detail sebuah objek seakan-akan melihat foto, dan sebgian mereka IQ-nya di atas rata-rata. Ini yang membuat saya tertantang: kenapa anak-anak yang punya kelebihan itu prestasinya tidak bisa berkembang sesuai potensinya, bagaimana menyiasati faktor gangguan penyerta tersebut?” tambahnya.

Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Kontekstual



KONSEP belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confusius, 2400 tahun yang silam dengan mengemukakan teori sebagai berikut, selanjutnya Mel Silberman dalam bukunya ” Active Learning ”, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, 2002 mengembangkan pernyataan Confusius Belajar Aktif sebagai berikut :Apa yang saya dengar saya lupa.Apa yang saya lihat saya ingat sedikitApa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengertiApa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan ketram-pilanApa yang saya ajarkan saya kuasai. Setiap siswa mempunyai gaya yang berbada dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut oleh Bobbi Deporter ( 1992 ) dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru harus memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar tehadap gaya belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem penindasan. Kearifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses informasi tersebut secara efektif, otak membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal.
Belajar secara pasif tidak ” hidup ”, karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil, sedangkan secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal.Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan model pembelajaran kontekstual :
1.      Siswa dalam pembelajaran dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sementara berada pada tahap – tahap perkem-bangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tikat per-kembangan dan pengalaman me-reka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkem-bangannya.
2.      Siswa memiliki kecenderungan untuk belajar hal baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal – hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih bahan bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
3.      Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal – hal yang baru dengan hal – hal yang sudah di ketehui. Dengan demikian, peranan guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
4.      Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada ( asimilasi ) atau proses pembentukan skema ratu atau ( akomodasi ), dengan demi-kian tugas guru adalah memfasilitasi ( mempermudah ) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi. Pendekatan pembelajaran kontekstual atau CTL diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan.

Maksudnya guru lebih bannyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan apa kata guru. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut.


RPP Berkarakter SMPLB


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah                       :           SLB Ananda Mandiri
Mata Pelajaran          :           Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Satuan Pendidikan    :           SMPLB – C
Kelas/Semester           :           IV/1
Materi Pokok             :           Rangka dan Panca Indera Manusia
waktu                         :           4 x 45 menit  (3 X pertemuan)
Metode                       :           Ceramah dan praktek

A.    Standar Kompetensi       :
1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya

B.     Kompetensi Dasar
1.1  Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya

C.    Indikator
@ Menjelaskan rangka manusia
@ Menjelaskan fungsirangka manusia

D.    Tujuan Pembelajaran**:
o   Siswa dapat Mendeskripsikan rangka manusia seperti:
ü  rangka kepala
ü  rangka badan
ü  rangka anggota gerak
ü  sendi
            secara Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian
            ( carefulness)
o   Siswa dapat Mendeskripsikan fungsi rangka manusia :
o   Siswa dapat memahami hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
o   Menjelaskan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
& Karakter siswa yang diharapkan :
F Disiplin ( Discipline ),
F Rasa hormat dan perhatian ( respect ),
F Tekun ( diligence ) ,
F Tanggung jawab ( responsibility )
F  Ketelitian ( carefulness)
                                                   
E.     Materi Essensial
Rangka dan Panca Indera Manusia
o   Mengenal Rangka Manusia (hlm.2)
o   Bagian rangka (hlm.2)
o   Fungsi rangka (hlm.6)

Kerangka manusia

Kerangka manusia terdiri dari kedua menyatu dan individu tulang didukung dan dilengkapi oleh ligamen , tendon , otot dan tulang rawan . It serves as a scaffold which supports organs, anchors muscles, and protects organs such as the brain , lungs and heart . Ini berfungsi sebagai perancah yang mendukung organ-organ, jangkar otot, dan melindungi organ seperti otak , paru-paru dan jantung . The biggest bone in the body is the femur in the thigh, and the smallest is the stapes bone in the middle ear . Tulang terbesar dalam tubuh adalah tulang paha di paha, dan yang terkecil adalah stapes tulang di telinga tengah . In an adult, the skeleton comprises around 30-40% of the total body weight, [ 1 ] and half of this weight is water. Dalam orang dewasa, tulang terdiri dari sekitar 30-40% dari berat total tubuh, [1] dan setengah dari berat ini adalah air.

Fused bones include those of the pelvis and the cranium . tulang Fused termasuk orang-orang dari panggul dan tengkorak . Not all bones are interconnected directly: there are three bones in each middle ear called the ossicles that articulate only with each other. Tidak semua tulang saling berhubungan langsung: ada tiga tulang di setiap telinga tengah disebut ossicles yang mengartikulasikan hanya dengan satu sama lain. The hyoid bone , which is located in the neck and serves as the point of attachment for the tongue , does not articulate with any other bones in the body, being supported by muscles and ligaments. The tulang hyoid , yang terletak di leher dan berfungsi sebagai titik lampiran untuk lidah , tidak mengartikulasikan dengan tulang lainnya di dalam tubuh, yang didukung oleh otot dan ligamen.

F.     Media Belajar
o   Buku  SAINS SD Relevan Kelas IV

G.    Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan 1
  1. Pendahuluan
Apersepsi  dan Motivasi :
o   Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
  1. Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Memahami peta konsep tentang rangka manusia
F Membacakan bagian-bagian rangka, serta membandingkan tulang bayi dan manusia dewasa
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Mendeskripsikan rangka manusia:
-   rangka kepala
-   rangka badan
-   rangka anggota gerak
-   sendi
F Siswa menyebutkan rangka kepala
-   T.Ubun
-   T.Pelipis
-   T. Mata
-   T. Dahi
-   T.Hidung
-   T.Pipi
-   Rahang atas
-   Rahang bawah

F Siswa menyebutkan rangka badan
-   T.Tengkorak
-   Ruas-ruas Tulang leher
-   T.Selangka
-   T.Belikat
-   T.Dada
-   T.Rusuk

-   T.Lengan Atas
-   Ruas-ruas Tulang Punggung
-   TT.Panggul
-   T.Hasta
-   T.Pengumpil
-   T.Pergelangan Tangan
-   T.Telapak tangan
-   Ruas-ruas Jari Tangan
-   T.Paha

-   T.Tempurung lutut
-   T.Betis
-   T.Kering
-   T.Pergelangan kaki
-   T.Telapak kaki
-   Ruas-ruas jari
-   T.Kemaluan
& Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
  1.  Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F Mengulang kembali rangka tubuh manusia dengan fungsinya

( 50 menit)
































(5 menit)
  1. Pekerjaan Rumah
o   Mengambar rangka badan manusia

Pertemuan 2
  1. Pendahuluan
Apersepsi  dan Motivasi :
o   Mengumpulkan pekerjaan rumah
o   Mengulang materi pertemuan sebelumnya

(5 menit)
  1. Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Menagih tugas pertemuan sebelumnya
F Mendeskripsikan Rangka anggota gerak
F Mendeskripsikan Sendi :
-   Sendi Engsel
-   Sendi Pelana
-   Sendi Peluru
-   Sendi Putar
-   Sendi Geser

& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Menunjukkan letak sendi yang terdapat pada bagian tubuh manusia secara Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian ( carefulness).
F Mendeskripsikan fungsi rangka, berdasarkan contoh gerak sehari-hari, atau mengamati temannya. Apa yang terjadi bila manusia tidak memiliki rangka.
F Melakukan kegiatan
F Membuat kesimpulan dari kegiatan.
& Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
  1.  Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F Memberikan kesempatan kepada satu orang siswa untuk menyebutkan anggota tubuh yang terdapat sendi

(50 menit)























(5 menit)
  1. Pekerjaan Rumah
F Mengambar rangka badan manusia

Pertemuan 3
  1. Pendahuluan
Apersepsi  dan Motivasi :
o   Mengulang materi pertemuan sebelumnya, dan membacakan indikator

(5 menit)
  1. Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Mendeskripsikan penyakit yang menyerang tulang
F Mengetahui bersikap tubuh yang benar.
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Melakukan kegiatan
F Mengetahui beberapa gangguan pada tulang belakang seperti:
-   Lordosis
-   Kifosis
-   Skoliosis
F Mengetahui cara menjaga kesehatan tulang yaitu dengan memakan makanan yang mengandung viitamin D, kalsium dan fosfor serta berolah raga secara teratur..
& Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
  1.  Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F Memberikan kesempatan kepada satu orang siswa secara bergilir untuk mengungkapkan kembali tentang memelihara kesehatan rangka.

(50 menit)




















(5 menit)
  1. Pekerjaan Rumah
F Membuat daftar makanan yang mengandung vitamin D, kalsium dan fosfor


H.    Penilaian:
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
Menjelaskan rangka manusia dan fungsinya.
Tugas Individu
dan Kelompok
Laporan dan Unjuk kerja

Jelaskanlah rangka manusia dan fungsinya.



I.       Format Kriteria Penilaian   
  
&  Produk ( hasil diskusi )

No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Konsep
* semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1

&  Performansi
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.



2.



3.
Pengetahuan



Praktek



Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan

* aktif  Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif

* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1

4
2
1

4
2
1

&   LEMBAR PENILAIAN
No
Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan
Praktek
Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.







   CATATAN :
@   Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.

                                                                                       
     
Mengetahui,
Kepala SLB Ananda Mandiri



( BASUKI RAKHMAT, S.Pd )
     NIP: 196905122007011010

..... Oktober  2011
Guru Kelas



N U R     I M A M  )
             NIP: -

Support :
ABBAS Android Blogger Karawang