Nilai-nilai Ajaran Islam sebagai Landasan Pendidikan
Mengingat begitu pentingnya aspek pendidikan terhadap manusia, maka setiap usaha pendidikan sebaiknya dilandasi oleh nilai-nilai ideal (Ideal core values) dan berlaku secara umum (General Pattern).
Dasar nilai-niai ideal itu harus merupakan sumber kebenaran dan kekuatan yag dapat mengantarkan pada apa yang dicita-citakan. Dasar tersebut harus merupakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang berjalan. Dalam Persfektif Islam pandangan hidup yang mendasari seluruh proses pendidikan Islam adalah pandangan hidup yang islami, yang merupakan nilai-niai luuhur yang bersifat transendental, eternal dan universal.
Berikut kutipan ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan pijak pelaksanaan pendidikan Islam, sebagai Ideal Core Values:
QS. Ali Imran : 110, yang artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.( QS. Ali Imran: 110)Dasar nilai-niai ideal itu harus merupakan sumber kebenaran dan kekuatan yag dapat mengantarkan pada apa yang dicita-citakan. Dasar tersebut harus merupakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang berjalan. Dalam Persfektif Islam pandangan hidup yang mendasari seluruh proses pendidikan Islam adalah pandangan hidup yang islami, yang merupakan nilai-niai luuhur yang bersifat transendental, eternal dan universal.
Berikut kutipan ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan pijak pelaksanaan pendidikan Islam, sebagai Ideal Core Values:
QS. Ali Imran : 110, yang artinya:
Pendidikan Karakter
Persoalan real yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana membentuk karakter bangsa (Nation Character Building). Bagaimana Nilai-nilai budaya banagsa yang telah mengakar kuat berhadapan dengan pusaran arus globalisasi yang demikian mengancam. Bagaimanapun juga khazanah keragaman budaya dan heterogenitas masyarakat Indonesia, di satu sisi merupakan keistimewaan namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran. Dalam diskursus pendidikan, hal tersebut harus dibahas, dan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Abd.Rachman Assegaf, mengemukakan bahwa: Diskursus pendidikan bukanlah merupakan suatu entitas yang berdiri sendiri, melainkan dikelilingi oleh entitas lain yang saling bersinergi. Problema sosial, politik, budaya, hukum, falsafah, ekonomi dan lain-lain merupakan entitas di luar pendidikan yang memiliki pengaruh interkonektif cukup intens terhadap pendidikan. (Mustofa Rembangy, Pendidikan Transformatif, Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta: Teras, 2008, h.xxiii) Dari sisi yang berbeda walau dengan perspektif yang sama dikemukakan oleh Suyanto bahwa i era global seperti saat ini dan masa yang akan datang, penguasaan teknologi informasi menjadi sangat penting bagi eksistensi suatu bangsa. Oleh karena itu, dilihat dari aspek pendidikan, era global berdampak pada cepat usangnya hardware dan software bidang pendidikan. Dengan demikian, sektor pendidikan harus diberdayakan setiap saat.(Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional Dalam Percaturan Global Dunia, Jakarta, PSAP Muhammadiyah, 2006, h. 15)
Dari dua pandangan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan penting, bahwa di era globalisasi, pendidikan dan semua anasir-anasirnya, terutama kebudayaan, harus selalu berhubungan secara sinergis, dan untuk mencapai harmonisasi tersebut dibutuhkan penguasaan teknologi informasi yang up to date.
(k)yang jelas semua harus berkesinambungan..
BalasHapusSip
BalasHapus